Pages

Jumat, 20 Januari 2017

Review: Di Tanah Lada

Judul: Di Tanah Lada
Penulis: Ziggy Zesyazeoviennazabrizkie
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Agustus 2015 (Cetakan I)
Tebal: 244 Halaman
ISBN: 978-602-03-1896-7

Mungkin agak telat karena saya baru membaca novel ini dua hari yang lalu, namun saya tetap ingin berbagi kesan saya terhadap novel ini karena saya suka cara bercerita penulisnya.

Awal mula saya tahu mengenai novel ini tentu saja dari fanpage Gramedia, lalu saya pikir nama penulisnya unik sekali. Kemudian saya beralih ke Goodreads dan waktu itu tentu saja belum banyak yang me-review.

Barulah pada akhir 2016 saya tiba-tiba penasaran dengan novel ini dan review di Goodreads sudah banyak yang memuji-muji novel ini. Sebenarnya bukan hal yang aneh, karena novel ini Pemenang II Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta.

---

Di Tanah Lada menceritakan tentang Ava--panggilan dari Salva, seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang hubungan keluarganya tidak harmonis. Ayahnya suka marah, membentak, emosional terhadap hal-hal kecil sekali pun. Ibunya hanya bisa menerima kelakuan ayahnya, meskipun kadang suka membalas teriakannya.

Ava sangat pintar untuk ukuran anak-anak seusianya. Ia selalu membawa kamus yang diberikan oleh Kakek Kia--bapak ayahnya. Jika ada kata-kata yang tidak ia tahu maknanya, ia langsung mencari di kamus. Oleh karena itu, ia tumbuh menjadi anak yang selalu menggunakan bahasa baku.

Kemudian, setelah Kakek Kia meninggal dunia, ayahnya memaksa Ava dan ibunya untuk pindah ke Rusun Nero. Di sana ia bertemu dengan anak laki-laki bernama P, yang berusia 10 tahun. Ava merasa 'P' bukanlah nama, maka ia memanggilnya dengan sebutan Pepper.

P termasuk anak yang baik hati dan pintar karena ia selalu diajari oleh Mas Alri dan Kak Suri, dua orang yang tinggal di Rusun Nero juga. Ava pun akhirnya mengenal mereka berdua. 

Suatu ketika, P dan Ava ingin pergi bersama ke rumah Nenek Isma--nenek Ava, yang berada di luar pulau Jawa. Perjalanan mereka berdua menjadi perjalanan yang tak akan pernah mereka lupakan.

---

Ketika membaca Di Tanah Lada, saya berulang kali dibuatnya senyum-senyum karena membaca lucunya kelakuan dan bahasa yang digunakan Ava. Ava memang anak yang polos, namun kadang bahasanya membuat ia terdengar seperti orang yang sudah dewasa.

Sekilas, mungkin novel ini seperti hanya menceritakan kehidupan Ava yang menyedihkan, karena di usianya yang masih kecil, ia sudah harus menerima kelakuan ayahnya yang tidak manusiawi. Namun, novel ini bukan sekadar itu. Ada banyak hal dan pelajaran yang kita dapat saat membaca novel ini.

Sebenarnya, novel ini bukan melulu tentang Ava. Kehidupan P juga tak jauh merana. Ayahnya bahkan sering menyiksanya. Dibanding dengan Ayah Ava, Ayah P jauh lebih tidak punya hati. Di akhir novel, terkuaklah masa lalu P yang sebenarnya saya sudah bisa menduganya.

Hal yang saya sesali dari novel ini adalah, kenapa hanya masa lalu P yang dikupas tuntas? Bagaimana dengan Ava? Siapa tahu dulu ibu dan ayahnya juga memiliki rahasia? Selain itu, penyelesian novel ini juga membuat saya kecewa, karena saya kurang suka saja dengan cara penyelesaian seperti itu hehe.. kalau ini penilaian subjektif, sih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar